Drama
(1)
Ini sepenggal kisahku , kepingan hatiku
yang mungkin belum ku ungkap pada siapa pun . Ini bukan hanya tentang aku , ini
menyangkut hidupku , kisah kelam masalalu ku , dan masadepan yang mungkin tak
terjamah olehku . Ini juga tentang mereka yang maramaikan hariku , yang
menggores hatiku , yang mewarnai ceritaku , yang menambah kelam duka ku .
Aku ingin ungkapkan semua , hanya untuk
melepas penat yang memberatkan langkahku . Aku ingin ungkapkan semua , hanya
agar mereka mengerti seperti apa aku . Tak ku pedulikan lagi gossip miring
mereka tentangku . Biarlah aku sendiri menahan sepi jika memang kisahku ini
menjauhkanku dari dunia . Tapi izinkan aku meraih asa jika kisahku ini membuka
mata dunia .
***
Sekarang hari Kamis 6 Februari 2014 . Aku
duduk di depan laptopku . Kubiarkan jari-jariku menari di atas keyboard mencoba
menuliskan kembali kisah lamaku . Aku tak perlu memaksa otak ku untuk mengingat
, semua masih tergambar dengan jelas dalam ingatku . Bahkan terkadang , tanpa
ku inginkan kenangan-kenangan itu menyeruak masuk dalam bayangku . Aku seperti
melihat sebuah film di putar di hadapanku , tapi tidak , itu hanya kenanganku ,
gambaran kisah masalalu ku yang mencoba menari dalam pikiranku .
Entah aku harus mulai dari mana . Aku
berkali terdiam menatap monitorku . Hening . Tak ada lagu yang kuputar seperti
biasanya . Sering kali aku menikmati keheningan ini . Aku menikmati waktuku
sendiri dalam sepi yang kuciptakan ini . Lalu aku teringat . . .
Lebih
dari sepuluh tahun yang lalu , tamparan pertama di pipiku melukiskan luka yang masih terasa menyesakkan
hingga sekarang . Lebih dari sepuluh tahun itu juga , luka itu tak pernah
mongering . Kejadian itu masih sering melintas dalam benakku . Tahukah kamu ?
Sakit di hati ini terasa lebih menyakitkan dibanding tangan hangatnya yang
menyentuh pipiku kala itu . Kenangan tentang hal itu terasa lebih menghancurkan
dibanding kejadian itu sendiri .
Aku
mendapat tamparan itu di saksikan ketiga adikku , di teras rumahku . Andai
kesalahanku saat itu lebih berat lagi , mungkin lebih mudah bagiku melupakan
segalanya . Nyatanya , bagiku itu hanya masalah sepele . Cuma karena aku ga mau
mandi , pipiku jadi korban nya . Aku di seret masuk kamar mandi , aku disiram .
Konyolkah bagimu ? Lebay kah aku di matamu ?
Ya
, mungkin bagi sebagian orang ceritaku terlalu berlebihan . Mungkin bagi
sebagian orang , aku hanya melebih-lebihkan keadaan . Tapi tahukah kamu ?
Dengan kenangan itu , aku tak mampu melawan ‘mereka’ yang menyakitiku .
Pernah
suatu ketika , pacarku di masa SMA dulu menamparku keras . Sering ku lihat
orang lain berkata ‘Bapa aku aja ga pernah nampar aku , masa kamu nampar aku ?’
. Lalu aku ? Bagaimana dengan aku ? Aku hanya mampu menahan pedih , bukan di
pipiku , tapi di hatiku . Bahkan aku tak bisa memakai ayahku untuk menjadi
tamengku melawannya . Aku bisa bilang apa ? Aku marah . Aku marah pada ayahku .
Aku marah padanya . Aku marah pada dunia . Aku marah pada diriku sendiri .
Ah , airmata dan ingusku mengalir tak
terbendung . Terlalu menyakitkan . Aku menghapus airmataku dengan lengan bajuku
. Aku menatap handphone ku , ingin menelepon Dee ku . Tapi kisahku belum
selesai . Aku ingin menyelesaikannya hari ini .
Aku keluar kamar , mengambil wadah tisu .
Aku mulai terpaku lagi pada monitor dan keyboardku . Jariku kembali menari . .
.
Pantaskah
aku marah ? Kadang , aku selalu berkata pada diriku sendiri bahwa ini semua
memang salahku . Bahwa aku memang pantas mendapatkan kekasaran-kekasaran itu .
Tapi seiring bertambah usiaku , aku kembali berpikir . Haruskah hukuman itu
menggunakan fisikku ? Tak layakkah aku mendapat hukuman yang lebih halus ?
Hukuman-hukuman
fisik itu juga menghukum mentalku . Aku menjadi semakin rapuh tiap aku
mengingatnya . Aku merasa tak mendapat kasih sayang . Aku merasa tak pantas
dicintai . Aku merasa terbuang .
Kini , dengan kedewasaanku yang memang
belum matang sepenuhnya , aku sering mencari artikel tentang cara membesarkan
anak dengan benar . Menghukum anak tak harus dengan kekerasan . Disini aku
bicara di atas pengalaman pahitku . Kalau kamu saat ini sedang membesarkan
seorang anak , ku sarankan jangan pernah sakiti fisiknya . Bukan luka fisik itu
yang akan dia ingat , tapi wajahmu saat melakukannya yang akan dia kenang .
Kami (korban kekerasan fisik) mungkin akan
memaafkan , tapi pasti tidak bisa melupakan . Aku bahkan masih ingat dengan
jelas wajah ayahku , wajah mantan-mantan pacarku saat mereka melukai tubuhku .
Aku masih ingat dengan jelas tempat dan suasana saat itu . Itu bukan kenangan
yang indah . Relakah kamu jika anakmu kelak terus menyimpan luka di hatinya
karenamu ? Relakah kamu bahwa kelak entah seberapa besar kamu mencintai mereka
, entah pengorbanan apa yang telah kamu lakukan untuk mereka , tapi mereka
masih mengingat dengan jelas kebencian mereka terhadapmu ?
Hukuman-hukuman fisik itu , merenggut
sebagian kebahagiaanku . Membuat aku tak memiliki tameng untuk melindungi
diriku dari mereka yang lainnya . Membuatku membenci ayahku meski aku
sebenarnya sangat menyayanginya . Membuat senyumku kadang sirna saat aku
mengingat kenangan itu .
Buat kamu yang saat ini punya pacar yang
agresif dalam hal negative , yang kasar . Aku
pikir sebaiknya kamu menyerah mencintainya . Kamu tidak akan pernah
bahagia dengan orang seperti itu . Aku sudah merasakannya dua kali , dan aku
tak kan pernah mau bertahan lebih lama lagi dari yang terakhir terjadi . Mana
mungkin bisa hidup dengan tenang jika ada rasa takut dipukuli ?
Buat kamu yang masih suka kasar sama
pasangan . Kamu harus berhenti , atau kamy akan terus menyesalinya . Relakah
kamu korbankan dirimu hidup dalam kenangan buruk seseorang ? Relakah kamu orang
yang pernah begitu mencintaimu jadi begitu membencimu dalam ingatannya . Aku
pernah melakukan . Aku membenci mereka . Bahkan aku sedang melakukan nya .
Relakah kamu semua ketulusanmu sirna tertutupi oleh kekasaranmu yang mungkin
hanya sekali ?
Selagi belum terlambat , bersikap baiklah
sama orang yang kita sayang . Aku hidup dan besar dengan kenangan-kenangan
burukku . Aku besar dengan kekasaran-kekasaran yang ku lalui . Tanpa ku minta ,
kenangan-kenangan itu ikut membuatku jadi kasar . Tak ku pungkiri beberapa kali
aku melampiaskan amarahku akan masalaluku pada mereka yang tak bersalah . Tak
ku pungkiri , beberapa kali aku memukuli adik-adikku , beberapa kali aku
menampar mantan pacarku . Tapi jelas aku menyesal , aku membenci diriku .
Bagaimana bisa aku melakukan hal yang kubenci pada orang lain ? Bagaimana bisa
aku melukai seseorang dengan cara yang paling meninggalkan bekas di hatiku ?
Aku ingin berubah . Aku harus berubah . Aku
belajar berubah . Jujur , tiap kali bertengkar dengan Dee kadang rasanya ingin
menampar wajahnya . Tapi aku tahan . Aku tak bisa terus begitu . Aku tak ingin
jadi yang di benci . Aku tak ingin meninggalkan kisah buruk untuknya .
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar