Jumat, 07 Februari 2014

Drama (1)



Drama (1)

Ini sepenggal kisahku , kepingan hatiku yang mungkin belum ku ungkap pada siapa pun . Ini bukan hanya tentang aku , ini menyangkut hidupku , kisah kelam masalalu ku , dan masadepan yang mungkin tak terjamah olehku . Ini juga tentang mereka yang maramaikan hariku , yang menggores hatiku , yang mewarnai ceritaku , yang menambah kelam duka ku .
Aku ingin ungkapkan semua , hanya untuk melepas penat yang memberatkan langkahku . Aku ingin ungkapkan semua , hanya agar mereka mengerti seperti apa aku . Tak ku pedulikan lagi gossip miring mereka tentangku . Biarlah aku sendiri menahan sepi jika memang kisahku ini menjauhkanku dari dunia . Tapi izinkan aku meraih asa jika kisahku ini membuka mata dunia .
***
Sekarang hari Kamis 6 Februari 2014 . Aku duduk di depan laptopku . Kubiarkan jari-jariku menari di atas keyboard mencoba menuliskan kembali kisah lamaku . Aku tak perlu memaksa otak ku untuk mengingat , semua masih tergambar dengan jelas dalam ingatku . Bahkan terkadang , tanpa ku inginkan kenangan-kenangan itu menyeruak masuk dalam bayangku . Aku seperti melihat sebuah film di putar di hadapanku , tapi tidak , itu hanya kenanganku , gambaran kisah masalalu ku yang mencoba menari dalam pikiranku .
Entah aku harus mulai dari mana . Aku berkali terdiam menatap monitorku . Hening . Tak ada lagu yang kuputar seperti biasanya . Sering kali aku menikmati keheningan ini . Aku menikmati waktuku sendiri dalam sepi yang kuciptakan ini . Lalu aku teringat . . .

Lebih dari sepuluh tahun yang lalu , tamparan pertama di pipiku  melukiskan luka yang masih terasa menyesakkan hingga sekarang . Lebih dari sepuluh tahun itu juga , luka itu tak pernah mongering . Kejadian itu masih sering melintas dalam benakku . Tahukah kamu ? Sakit di hati ini terasa lebih menyakitkan dibanding tangan hangatnya yang menyentuh pipiku kala itu . Kenangan tentang hal itu terasa lebih menghancurkan dibanding kejadian itu sendiri .
Aku mendapat tamparan itu di saksikan ketiga adikku , di teras rumahku . Andai kesalahanku saat itu lebih berat lagi , mungkin lebih mudah bagiku melupakan segalanya . Nyatanya , bagiku itu hanya masalah sepele . Cuma karena aku ga mau mandi , pipiku jadi korban nya . Aku di seret masuk kamar mandi , aku disiram . Konyolkah bagimu ? Lebay kah aku di matamu ?
Ya , mungkin bagi sebagian orang ceritaku terlalu berlebihan . Mungkin bagi sebagian orang , aku hanya melebih-lebihkan keadaan . Tapi tahukah kamu ? Dengan kenangan itu , aku tak mampu melawan ‘mereka’ yang menyakitiku .
Pernah suatu ketika , pacarku di masa SMA dulu menamparku keras . Sering ku lihat orang lain berkata ‘Bapa aku aja ga pernah nampar aku , masa kamu nampar aku ?’ . Lalu aku ? Bagaimana dengan aku ? Aku hanya mampu menahan pedih , bukan di pipiku , tapi di hatiku . Bahkan aku tak bisa memakai ayahku untuk menjadi tamengku melawannya . Aku bisa bilang apa ? Aku marah . Aku marah pada ayahku . Aku marah padanya . Aku marah pada dunia . Aku marah pada diriku sendiri .

Ah , airmata dan ingusku mengalir tak terbendung . Terlalu menyakitkan . Aku menghapus airmataku dengan lengan bajuku . Aku menatap handphone ku , ingin menelepon Dee ku . Tapi kisahku belum selesai . Aku ingin menyelesaikannya hari ini .
Aku keluar kamar , mengambil wadah tisu . Aku mulai terpaku lagi pada monitor dan keyboardku . Jariku kembali menari . . .

Pantaskah aku marah ? Kadang , aku selalu berkata pada diriku sendiri bahwa ini semua memang salahku . Bahwa aku memang pantas mendapatkan kekasaran-kekasaran itu . Tapi seiring bertambah usiaku , aku kembali berpikir . Haruskah hukuman itu menggunakan fisikku ? Tak layakkah aku mendapat hukuman yang lebih halus ?
Hukuman-hukuman fisik itu juga menghukum mentalku . Aku menjadi semakin rapuh tiap aku mengingatnya . Aku merasa tak mendapat kasih sayang . Aku merasa tak pantas dicintai . Aku merasa terbuang .

Kini , dengan kedewasaanku yang memang belum matang sepenuhnya , aku sering mencari artikel tentang cara membesarkan anak dengan benar . Menghukum anak tak harus dengan kekerasan . Disini aku bicara di atas pengalaman pahitku . Kalau kamu saat ini sedang membesarkan seorang anak , ku sarankan jangan pernah sakiti fisiknya . Bukan luka fisik itu yang akan dia ingat , tapi wajahmu saat melakukannya yang akan dia kenang .
Kami (korban kekerasan fisik) mungkin akan memaafkan , tapi pasti tidak bisa melupakan . Aku bahkan masih ingat dengan jelas wajah ayahku , wajah mantan-mantan pacarku saat mereka melukai tubuhku . Aku masih ingat dengan jelas tempat dan suasana saat itu . Itu bukan kenangan yang indah . Relakah kamu jika anakmu kelak terus menyimpan luka di hatinya karenamu ? Relakah kamu bahwa kelak entah seberapa besar kamu mencintai mereka , entah pengorbanan apa yang telah kamu lakukan untuk mereka , tapi mereka masih mengingat dengan jelas kebencian mereka terhadapmu ?
Hukuman-hukuman fisik itu , merenggut sebagian kebahagiaanku . Membuat aku tak memiliki tameng untuk melindungi diriku dari mereka yang lainnya . Membuatku membenci ayahku meski aku sebenarnya sangat menyayanginya . Membuat senyumku kadang sirna saat aku mengingat kenangan itu .
Buat kamu yang saat ini punya pacar yang agresif dalam hal negative , yang kasar . Aku  pikir sebaiknya kamu menyerah mencintainya . Kamu tidak akan pernah bahagia dengan orang seperti itu . Aku sudah merasakannya dua kali , dan aku tak kan pernah mau bertahan lebih lama lagi dari yang terakhir terjadi . Mana mungkin bisa hidup dengan tenang jika ada rasa takut dipukuli ?
Buat kamu yang masih suka kasar sama pasangan . Kamu harus berhenti , atau kamy akan terus menyesalinya . Relakah kamu korbankan dirimu hidup dalam kenangan buruk seseorang ? Relakah kamu orang yang pernah begitu mencintaimu jadi begitu membencimu dalam ingatannya . Aku pernah melakukan . Aku membenci mereka . Bahkan aku sedang melakukan nya . Relakah kamu semua ketulusanmu sirna tertutupi oleh kekasaranmu yang mungkin hanya sekali ?
Selagi belum terlambat , bersikap baiklah sama orang yang kita sayang . Aku hidup dan besar dengan kenangan-kenangan burukku . Aku besar dengan kekasaran-kekasaran yang ku lalui . Tanpa ku minta , kenangan-kenangan itu ikut membuatku jadi kasar . Tak ku pungkiri beberapa kali aku melampiaskan amarahku akan masalaluku pada mereka yang tak bersalah . Tak ku pungkiri , beberapa kali aku memukuli adik-adikku , beberapa kali aku menampar mantan pacarku . Tapi jelas aku menyesal , aku membenci diriku . Bagaimana bisa aku melakukan hal yang kubenci pada orang lain ? Bagaimana bisa aku melukai seseorang dengan cara yang paling meninggalkan bekas di hatiku ?
Aku ingin berubah . Aku harus berubah . Aku belajar berubah . Jujur , tiap kali bertengkar dengan Dee kadang rasanya ingin menampar wajahnya . Tapi aku tahan . Aku tak bisa terus begitu . Aku tak ingin jadi yang di benci . Aku tak ingin meninggalkan kisah buruk untuknya .
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar