Minggu
, 2 Februari 2014
17.56
Dari dulu aku pikir , bahagia itu
sederhana . Nyatanya , bahagia tak pernah sesederhana yang ku bayangkan . Arti
dan alasan bahagia selalu berubah dari waktu ke waktu . Selalu berubah menurut
lingkungan dan suasana hati seseorang .
Bahagia nyatanya bukan hanya
tentang seseorang tapi tentang dia dan lingkungan nya . Tentang bagaimana
lingkungan nya menuntun dia untuk memaknai arti bahagia yang kelak dipercayai
nya .
Ada yang bilang , bahagia itu kalau melihat orang yang berarti bagi hidup kita bahagia . Kenyataan nya ? Ketika mereka bahagia bukan karena kita , mereka bahagia bukan bersama kita , benarkah kita turut bahagia ? Nyata kah bahagia yang kita rasa ? Aku pikir , kebahagiaan dengan alasan itu hanya semu belaka . Bukan bahagia namanya kalau menahan luka . Bukan bahagia namanya jika perih terasa .
Bukan pula bahagia jika bisa
memiliki yang diharap namun yang diharap tak pernah ingin bersama kita . Buat
apa bersama orang yang tak pernah berpikir untuk dekat dengan kita ? Kebahagiaan
karena hal seperti itu pun rasanya hanya ilusi belaka . Hanya kebahagiaan semu
yang diciptakan kita dalam ilusi milik kita sendiri . Kebahagiaan yang tak kan
bisa dirasakan aura nya oleh orang lain .
Ya , aku mungkin pernah bahagia .
Tapi itu tampaknya dulu , saat hidup terasa lebih mudah ku jalani , saat
airmata menetes tak meninggalkan sesak di dada , saat senyum tulus masih dengan
mudah tergambar .
Dulu , aku sempat berpikir
bahagia itu kalau aku bisa memiliki keluarga dengan sepasang anak perempuan dan
lelaki , rumah besar nan minimalis , 2 buah mobil untuk ku dan suami , serta
mampu mencukupi kebutuhan anak-anak ku kelak .
Seiring waktu aku berpikir . Menjalani hariku bersama dengan seseorang menyadarkanku bahwa aku tak kan bisa mencapai bahagia yang ku ingin begitu saja . Tak bisa jika hanya aku yang mendambanya , sedang pasanganku bahkan mungkin tak pernah memikirkannya . Perlahan , semua sirna .
Aku mulai mencari kembali makna
bahagia . Aku mencari , bagaimana cara bahagia . Lalu terpikir , mungkin
bahagia itu jika aku bisa dengan cepat mendapat gelar sarjana ku , berkerja di
perusahaan terkenal , menghasilkan banyak rupiah , kurasa itu akan membuat
keluargaku bangga , kurasa bahagia itu jika bisa jadi yang dibanggakan oleh
mereka .
Waktu terus berjalan , mendesak
ku ke titik kerapuhanku , mendorongku ke pusat terlemahku , aku jatuh . Aku tak
lagi apa itu bahagia . Aku hanya ingin menyerah . Aku menjadi seperti daun
gugur yang melepaskan nasibnya pada angin, membiarkan sang angina membawanya kemanapun
, tanpa arah , tanpa tau tujuan nya kelak .
Lalu , dia muncul bagaikan
mentari pagi hari yang sirnakan kegelapan malam . Dia debarkan hatiku lagi ,
dia berikan semangat baru . Aku berusaha jadi yang terbaik baginya . Tapi ,
lagi-lagi semua hanya terasa semu . Buat siapa semua ini ku lakukan ? Bukan
buat bahagiaku , tampaknya aku hanya belajar bahagia dengan mencba keras
membuat semuanya bahagia . Aku memaksa diriku untuk bahagia . Pantaskah disebut
bahagia jika masih menggores luka ? Hal itu membuatku berpikir kembali .
Ya , waktu tak pernah berhenti .
Aku semakin merapuh . Aku semakin terjebak dalam kebimbangan yang ku ciptakan
sendiri . Kilasan masalalu yang menyesakkan berhamburan dalam pikiran ku ,
memaksa butiran embunku berulang kali melukiskan jejaknya . Aku lalu terjebak
dalam ruang kelabu ku . Aku terdiam , tak mengerti apa yang harus ku lakukan .
Aku tak ingin menangis , semua terasa terlalu menyesakkan hingga airmata ku pun
tak rela menetes .
Titik terang itu datang ,
keberanianku muncul . Aku memilih . Namun , pilihan ku tampaknya bukan yang
terbaik di mata mereka . Aku ingin mengalah . Tak ingin ku paksakan ego ini .
Namun kilasan luka masalalu ku menyeruak di sela airmata keputus asaan ku .
Haruskah aku menyerah lagi untuk mimpiku ? Haruskah aku melepas lagi anganku ?
Haruskah kubiarkan diri ini mengikuti ingin mereka ? Haruskah ku utamakan
bahagia milik mereka ? Haruskah ku rela kan hasratku kembali terabaikan ?
Aku muak . Aku muak mendengar
semua celoteh mereka tentang masa depan . Apakah jika kulakukan ingin mereka
lalu masadepan ku menjajikan ? Akan kah aku pasti bahagia ?
Aku lelah . Aku lelah terus
menerus di paksa melakukan hal yang bahkan tak ku harapkan muncul dalam rencana
masadepan ku . Tidak bisakah kali ini saja biarkan ku tentukan sendiri jalanku
?
Aku iri . Aku iri melihat mereka
yang selalu memiliki banyak pilihan , yang selalu bebas menentukan jalan mereka
sendiri . Lalu aku ? Aku selalu berhadapan dengan 2 pilihan . Terkadang bahkan
tak satu pun dari pilihan itu ku harapkan .
Kini , bahagia ku menjadi semakin
rumit . Rasanya hal yang ku pikir akan membuatku bahagia , akan butuh
pengorbanan besar . Tampaknya aku harus rela mengorbankan segalanya yang ku
miliki . Tampaknya aku harus melukai banyak orang .
Perjalanan ku untuk mencapai
kebahagiaan ku pun ku mulai . Telah ku lakukan , aku melukai banyak orang .
Bahkan aku pun membiarkan diriku terluka . Ya , aku egois ! Teramat egois !
Bahkan untuk bahagia pun aku harus melukai diriku sendiri . Aku harus mematikan
rasa di hati ku sendiri . Setidaknya , aku harus pura-pura tak merasakan luka .
Aku mengabaikan mereka . Aku
menutup mata dan telingaku untuk mereka . Aku seakan hidup untuk diriku sendiri
. Tanpa mereka sadari , aku sebenarnya terluka lebih dari mereka . Mungkin tak
pernah terbayangkan oleh mereka , aku selalu lebih terluka ketika melihat
mereka terluka . Terlebih jika luka itu karena ku .
Tapi ego ku telah mencapai puncaknya . Aku ingin BAHAGIA ! Aku merasa harus bahagia . Tapi bahagiaku terlalu sulit ku miliki . Bahagia itu kini bagiku jika aku bisa bersama dia yang mampu membuatku melupakan luka ku . Aku ingin bersama dia yang walaupun terus melukaiku tapi lalu esoknya membuatku lupa bahwa aku sedang terluka . Aku ingin bersama dia yang membuatku merasa bahwa hidup yang sulit ini bisa di lewati dengan lebih mudah . Aku ingin bersama dia yang mampu membuatku melepas semua topeng keperkasaan ku . Aku ingin bersama dia , yang hanya dengan dia aku mampu tunjukkan semua luka ku .
Tapi ego ku telah mencapai puncaknya . Aku ingin BAHAGIA ! Aku merasa harus bahagia . Tapi bahagiaku terlalu sulit ku miliki . Bahagia itu kini bagiku jika aku bisa bersama dia yang mampu membuatku melupakan luka ku . Aku ingin bersama dia yang walaupun terus melukaiku tapi lalu esoknya membuatku lupa bahwa aku sedang terluka . Aku ingin bersama dia yang membuatku merasa bahwa hidup yang sulit ini bisa di lewati dengan lebih mudah . Aku ingin bersama dia yang mampu membuatku melepas semua topeng keperkasaan ku . Aku ingin bersama dia , yang hanya dengan dia aku mampu tunjukkan semua luka ku .
Aku tak berharap lagi memiliki
seseorang yang mampu membahagiakanku . Cukup seseorang yang mampu membuatku
menunjukkan sisi lemah ku . Aku tak berharap lagi memiliki seseorang yang akan
melindungiku . Cukup seseorang yang mampu membuatku merasa harus bisa menjadi
kuat untuk pantas bersama nya . Aku tak berharap lagi rumah besar , rupiah
banyak , mobil mewah . Aku hanya ingin bersamanya sekalipun dalam susah . Jika
takdir membawa kami pada keberuntungan , izinkan kami meraih keberuntungan itu
bersama .
Ku pikir ulang lagi semua . Lalu
aku kembali tersadar . Bahagia itu memang seharusnya sederhana . Aku hanya
ingin bisa hidup dengan melupakan luka ku . Dan hingga saat ini , selama 20
tahun hidupku , hanya bersamanya aku bisa melepas semua nya . Hanya bersama nya
, aku bisa tunjukkan diri ku yang sebenarnya .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar