Selasa, 04 Februari 2014

2214 1756


Minggu , 2 Februari 2014
17.56
Dari dulu aku pikir , bahagia itu sederhana . Nyatanya , bahagia tak pernah sesederhana yang ku bayangkan . Arti dan alasan bahagia selalu berubah dari waktu ke waktu . Selalu berubah menurut lingkungan dan suasana hati seseorang .

Bahagia nyatanya bukan hanya tentang seseorang tapi tentang dia dan lingkungan nya . Tentang bagaimana lingkungan nya menuntun dia untuk memaknai arti bahagia yang kelak dipercayai nya .

Ada yang bilang , bahagia itu kalau melihat orang yang berarti bagi hidup kita bahagia . Kenyataan nya ? Ketika mereka bahagia bukan karena kita , mereka bahagia bukan bersama kita , benarkah kita turut bahagia ? Nyata kah bahagia yang kita rasa ? Aku pikir , kebahagiaan dengan alasan itu hanya semu belaka . Bukan bahagia namanya kalau menahan luka . Bukan bahagia namanya jika perih terasa .

Bukan pula bahagia jika bisa memiliki yang diharap namun yang diharap tak pernah ingin bersama kita . Buat apa bersama orang yang tak pernah berpikir untuk dekat dengan kita ? Kebahagiaan karena hal seperti itu pun rasanya hanya ilusi belaka . Hanya kebahagiaan semu yang diciptakan kita dalam ilusi milik kita sendiri . Kebahagiaan yang tak kan bisa dirasakan aura nya oleh orang lain .

Ya , aku mungkin pernah bahagia . Tapi itu tampaknya dulu , saat hidup terasa lebih mudah ku jalani , saat airmata menetes tak meninggalkan sesak di dada , saat senyum tulus masih dengan mudah tergambar .

Dulu , aku sempat berpikir bahagia itu kalau aku bisa memiliki keluarga dengan sepasang anak perempuan dan lelaki , rumah besar nan minimalis , 2 buah mobil untuk ku dan suami , serta mampu mencukupi kebutuhan anak-anak ku kelak .

Seiring waktu aku berpikir . Menjalani hariku bersama dengan seseorang menyadarkanku bahwa aku tak kan bisa mencapai bahagia yang ku ingin begitu saja . Tak bisa jika hanya aku yang mendambanya , sedang pasanganku bahkan mungkin tak pernah memikirkannya . Perlahan , semua sirna .

Aku mulai mencari kembali makna bahagia . Aku mencari , bagaimana cara bahagia . Lalu terpikir , mungkin bahagia itu jika aku bisa dengan cepat mendapat gelar sarjana ku , berkerja di perusahaan terkenal , menghasilkan banyak rupiah , kurasa itu akan membuat keluargaku bangga , kurasa bahagia itu jika bisa jadi yang dibanggakan oleh mereka .

Waktu terus berjalan , mendesak ku ke titik kerapuhanku , mendorongku ke pusat terlemahku , aku jatuh . Aku tak lagi apa itu bahagia . Aku hanya ingin menyerah . Aku menjadi seperti daun gugur yang melepaskan nasibnya pada angin, membiarkan sang angina membawanya kemanapun , tanpa arah , tanpa tau tujuan nya kelak .

Lalu , dia muncul bagaikan mentari pagi hari yang sirnakan kegelapan malam . Dia debarkan hatiku lagi , dia berikan semangat baru . Aku berusaha jadi yang terbaik baginya . Tapi , lagi-lagi semua hanya terasa semu . Buat siapa semua ini ku lakukan ? Bukan buat bahagiaku , tampaknya aku hanya belajar bahagia dengan mencba keras membuat semuanya bahagia . Aku memaksa diriku untuk bahagia . Pantaskah disebut bahagia jika masih menggores luka ? Hal itu membuatku berpikir kembali .

Ya , waktu tak pernah berhenti . Aku semakin merapuh . Aku semakin terjebak dalam kebimbangan yang ku ciptakan sendiri . Kilasan masalalu yang menyesakkan berhamburan dalam pikiran ku , memaksa butiran embunku berulang kali melukiskan jejaknya . Aku lalu terjebak dalam ruang kelabu ku . Aku terdiam , tak mengerti apa yang harus ku lakukan . Aku tak ingin menangis , semua terasa terlalu menyesakkan hingga airmata ku pun tak rela menetes .

Titik terang itu datang , keberanianku muncul . Aku memilih . Namun , pilihan ku tampaknya bukan yang terbaik di mata mereka . Aku ingin mengalah . Tak ingin ku paksakan ego ini . Namun kilasan luka masalalu ku menyeruak di sela airmata keputus asaan ku . Haruskah aku menyerah lagi untuk mimpiku ? Haruskah aku melepas lagi anganku ? Haruskah kubiarkan diri ini mengikuti ingin mereka ? Haruskah ku utamakan bahagia milik mereka ? Haruskah ku rela kan hasratku kembali terabaikan ?

Aku muak . Aku muak mendengar semua celoteh mereka tentang masa depan . Apakah jika kulakukan ingin mereka lalu masadepan ku menjajikan ? Akan kah aku pasti bahagia ?

Aku lelah . Aku lelah terus menerus di paksa melakukan hal yang bahkan tak ku harapkan muncul dalam rencana masadepan ku . Tidak bisakah kali ini saja biarkan ku tentukan sendiri jalanku ?

Aku iri . Aku iri melihat mereka yang selalu memiliki banyak pilihan , yang selalu bebas menentukan jalan mereka sendiri . Lalu aku ? Aku selalu berhadapan dengan 2 pilihan . Terkadang bahkan tak satu pun dari pilihan itu ku harapkan .

Kini , bahagia ku menjadi semakin rumit . Rasanya hal yang ku pikir akan membuatku bahagia , akan butuh pengorbanan besar . Tampaknya aku harus rela mengorbankan segalanya yang ku miliki . Tampaknya aku harus melukai banyak orang .

Perjalanan ku untuk mencapai kebahagiaan ku pun ku mulai . Telah ku lakukan , aku melukai banyak orang . Bahkan aku pun membiarkan diriku terluka . Ya , aku egois ! Teramat egois ! Bahkan untuk bahagia pun aku harus melukai diriku sendiri . Aku harus mematikan rasa di hati ku sendiri . Setidaknya , aku harus pura-pura tak merasakan luka .

Aku mengabaikan mereka . Aku menutup mata dan telingaku untuk mereka . Aku seakan hidup untuk diriku sendiri . Tanpa mereka sadari , aku sebenarnya terluka lebih dari mereka . Mungkin tak pernah terbayangkan oleh mereka , aku selalu lebih terluka ketika melihat mereka terluka . Terlebih jika luka itu karena ku .
 

Tapi ego ku telah mencapai puncaknya . Aku ingin BAHAGIA ! Aku merasa harus bahagia . Tapi bahagiaku terlalu sulit ku miliki . Bahagia itu kini bagiku jika aku bisa bersama dia yang mampu membuatku melupakan luka ku . Aku ingin bersama dia yang walaupun terus melukaiku tapi lalu esoknya membuatku lupa bahwa aku sedang terluka . Aku ingin bersama dia yang membuatku merasa bahwa hidup yang sulit ini bisa di lewati dengan lebih mudah . Aku ingin bersama dia yang mampu membuatku melepas semua topeng keperkasaan ku . Aku ingin bersama dia , yang hanya dengan dia aku mampu tunjukkan semua luka ku .

Aku tak berharap lagi memiliki seseorang yang mampu membahagiakanku . Cukup seseorang yang mampu membuatku menunjukkan sisi lemah ku . Aku tak berharap lagi memiliki seseorang yang akan melindungiku . Cukup seseorang yang mampu membuatku merasa harus bisa menjadi kuat untuk pantas bersama nya . Aku tak berharap lagi rumah besar , rupiah banyak , mobil mewah . Aku hanya ingin bersamanya sekalipun dalam susah . Jika takdir membawa kami pada keberuntungan , izinkan kami meraih keberuntungan itu bersama .

Ku pikir ulang lagi semua . Lalu aku kembali tersadar . Bahagia itu memang seharusnya sederhana . Aku hanya ingin bisa hidup dengan melupakan luka ku . Dan hingga saat ini , selama 20 tahun hidupku , hanya bersamanya aku bisa melepas semua nya . Hanya bersama nya , aku bisa tunjukkan diri ku yang sebenarnya .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar